Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Berkaitan dengan kesyirikan kaum musyrikin yang Nabi diutus kepada mereka ketika itu adalah bahwa kesyirikan yang mereka lakukan bukan dalam sisi kerububiyahan, karena Al Qur’an Al Karim menyatakan bahwa mereka melakukan kesyirikan dalam sisi ibadah saja.
Adapun dalam sisi rububiyah mereka beriman bahwa Allah yang bisa mencipta, mengabulkan do’a orang-orang yang tertindas, yang bisa menghilangkan kesusahan dan yang lainnya yang masuk dalam makna rububiyah.
Akan tetapi mereka melakukan kesyirikan dalam sisi ibadah dengan beribadah kepada selain Allah. Ini adalah kesyirikan yang bisa mengeluarkan seseorang dari agama ini. Karena tauhid secara bahasa artinya mengesakan. Allah ta’ala memiliki beberapa hak yang wajib diesakan. Hak-hak tersebut terbagi menjadi 3 bagian:
1. Hak dalam kekuasaan (Mulk).
2. Hak dalam ibadah.
3. Hak dalam asma’ wa shifat.
Oleh karena ini maka para ulama’ membagi tauhid menjadi 3 bagian: Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma’ wa Shifat, dan Tauhid Ibadah(Uluhiyah).
Tauhid Rububiyah
Artinya mengesakan Allah dalam hal mencipta dan memerintah, sebagaimana firman-Nya (yang artinya),
“Ketahuilah milik-Nya lah segenap makhluk dan perintah”(Al ‘Araf :53).
Maka segenap makhluk dan perintah (pengaturan) itu berkaitan dengan rububiyah dan itu khusus bagi Allah. Maka tidak ada yang mencipta selain Allah dan tidak ada yang mengatur selain Allah.
Tauhid Asma’ wa Shifat
Artinya mengesakan Allah dengan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, yaitu seorang hamba beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau apa yang ditetapkan oleh Rasul-Nya Sholallahu ‘Alaihi Wassallam (dalam sunnahnya) menurut bentuk yang sesuai dengan Allah, tanpa menetapkan adanya yang seperti Allah. Karena menetapkan adanya sekutu bagi Allah adalah kesyirikan.
Tauhid Ibadah (Uluhiyah)
Artinya mengesakan Allah dalam ibadah. Dengan arti Engkau beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama ini untuk-Nya berdasarkan firman Allah(yang artinya),
“Katakanlah sesungguhnya aku diperintah untuk beribadah kepada Allah dan mengikhlaskan agama ini untukNya”(Az Zumar 11).
Kaum Musyrikin jatuh dalam kesyirikan dalam sisi ini yaitu sisi ibadah. Mereka beribadah kepada Allah, tetapi juga beribadah kepada selain Allah. Allah nyatakan (yang artinya),
“Beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukanNya dengan sesuatu apapun”(An Nisa : 36).
Dan Allah juga menyatakan (yang artinya),
“Sesungguhnya siapa yang menyekutukan Allah, maka Allah haramkan surga baginya dan tempat kembalinya mereka adalah neraka dan orang-orang Zhalim tidak akan mendapatkan penolong”(Al Ma’idah 72).
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukannya dan akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehandaki”(An Nisa : 48).
“Dan Rabb kalian telah berfirman : berdoalah padaku pasti aku kabulkan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang enggan beribadah kepadaKu akan masuk kedalam Jahannam dalam keadaan terhina”(Ghafir : 60).
Dan firman Allah dalam surat Al Ikhlas(!) (yang artinya):
“katakanlah : Hai orang orang kafir aku tidak menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”(Al Kafirun : 1-7).
Saya sebut dengan surat Al Ikhlas, yaitu ikhlas secara amal, walaupun namanya surat AL Kafirun. Tapi dia secara hakikat adalah surat Al Ikhlas secara amal, sebagaimana surat Qul Huwalllahu Ahad adalah surat Al Ikhlas dalam sisi amal dan aqidah. Hanya kepada Allah kita meminta taufiq.
Majmu’ Fatawa, Ibnu Utsaimin 1/17-19
yang dinukil dalam bulletin Islamy Al Minhaj Edisi 3 tahun 1
Copy dari: http://www.ghuroba.blogsome.com